Kamis, 21 Agustus 2014

Pengalamanku



Assalaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, Kami bersyukur kepada Alloh Ta’ala atas nikmat yang begitu besar dari Alloh Ta’ala yang telah diberikan kepada kami dan keluarga. Tulisan ini kami buat sebagai tabayyun kami kepada saudara-saudara kami di dalam Islam Jamaah/354 atas banyaknya fitnah yang kami dapatkan tanpa ingin mencari tahu permasalahannya terlebih dahulu.
Awalnya, kami pada tahun 2003 memulai mencari ilmu kepada ulama-ulama Sepuh Islam Jamaah/354 (Mbah Dulmanan Madiun, Mbah Amin Imam Daerah Karang Anyar, Mbah Nur Asnawi Balung Jeruk, dan lain-lain) dan kepada para pengurus pentolan serta para mubaligh. Ulama-ulama sepuh ternyata banyak menyampaikan ilmu yang lain dari yang lain dan bahkan –maaf- mempunyai banyak pamahaman yang berbeda dengan Pusat Islam Jamaah/354 pada banyak hal. Salah satunya adalah cara mendapatkan ilmu tidak harus mangkul seperti yang sudah dipraktekkan oleh Islam Jamaah/354 pada umumnya. Kami diajari Mustholah Hadits, suatu ilmu alat yang digunakan untuk mengetahui derajat hadits dan lain-lain termasuk diantaranya adalah cara mendapatkan ilmu (mangkul) itu ada 8 (delapan) cara, yaitu As Sama’ (mendengar), Al ‘Ardh (membaca), Al Ijazah (pemberian ijin), Al Munawalah (memberikan), Al Kitabah (tulisan), Al I’lam (pemberitahuan), Al Wasyiyah (wasiat), dan Al Wijadah (menjumpai). Dan semakin kami mencari ilmu maka kami merasa semakin janggal tentang Islam Jamaah/354 ini. Kami merasa bahwa “ada yang disembunyikan” untuk suatu kepentingan.
Untuk mencari tahu akan hal tersebut, maka pada akhir tahun 2007 kami kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Jurusan Bahasa Arab. Subhanalloh, ternyata kitab-kitab dari Ulama-ulama Haromain, Ulama Ahli Sunnah telah tersebar di Indonesia. Kami bertanya-tanya dalam hati, “kenapa Pusat Islam Jamaah/354  melarang membaca kitab-kitab tersebut dan bahkan menganggap kitab tersebut adalah Kitab Karangan??? Ini adalah termasuk penghinaan terhadap Ulama. Bagaimana dengan makalah CAI? Himpunan? Berarti itu kitab karangan juga dong! Kami mulai banyak membaca kitab tentang Tauhid, Jamaah wal Imamah, Mustholah Hadits, dan lain-lain sesuai dengan apa yang dipahami oleh Ulama-Ulama Ahli Sunnah/Ulama Salaf/Ulama 3 Generasi Terbaik yang telah di agungkan oleh Alloh dalam QS. At Taubah (9): 100:
 “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan (para sahababat) muhajirin dan anshor (para sahabat) dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik (para tabi’un), Allah ridho kepada mereka (mereka diridhoi Allah) dan merekapun ridho kepada Allah”. (QS. At Taubah (9) : 100).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik umatku adalah pada masaku (sahabat), kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya/tabi’in), lalu orang-orang yang setelah mereka (tabiut tabi’in).” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650).
Subhanalloh, kami semakin terheran-heran dengan tingkah para pengurus Pusat Islam Jamaah/354. Mulai dari sinilah pemahaman kami berubah mengikuti pemahaman yang benar, pemahaman ulama-ulama ahli sunnah, dan menghilangkan pemahaman-pemahaman hizbiyyah/golongan/pemahaman-pemahaman yang menyimpang. Fitnahpun mulai menimpa kami. Kami dianggap Salafi, mata-mata Yahudi yang bertugas untuk menghancurkan Islam Jamaah/354 (yang bilang Mubaligh Desa, Subhanalloh), dan lain-lain. Seandainya benar kami adalah Salafi, apakah salah? Apakah Salafi sesat? Klo sesat, sesatnya dimana? Dan kami katakan, kami “berubah” bukan karena Salafi! Bahkan waktu itu kami tidak tahu apa itu Salafi. Kami ingin beragama dengan PEMAHAMAN yang benar sesuai dengan pemahaman Ulama ahli sunnah Mekah Madinah, tidak ingin berpemahaman golongan.
Alhamdulillah, dengan semakin banyak nikmatNya yang diberikan kepada kami, kami terus berusaha tetap mempelajari Al Quran dan Sunnah sesuai dengan apa yang dipahami oleh para shohabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in (ulama 3 generasi terbaik = ulama salaf) dan ulama-ulama ahli sunnah – mudah-mudahan Alloh memberikan kami istiqomah dalam beragama yang benar. Dan kami berusaha menulis sedikit tulisan ini sebagai tabayyun kami kepada saudara-saudara kami di dalam Islam Jamaah/354 sebagai rasa kasih sayang kami sebagai sesama umat Islam.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kami khususnya dan kepada pembaca yang budiman pada umumnya. Dan mengingat keterbatasan waktu, maka pembahasan-pembahasan dalam “Tabayyun” ini kami persembahkan secara ringkas (InsyaAlloh akan berlanjut). Terima kasih, Jazaakumullohu khoiro (tanpa lafazh “Alhamdulillah” karena tambahan lafazh tersebut tidak ada dalilnya). Baarokallohu fii kum.
Wassalaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh.
Penulis,
2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar